Amal dan Penerimaan
Suka untuk berkongsi satu catatan dari ex-roomate:
Bisa jadi Allah mudahkan bagi seseorang melakukan ketaatan. Tetapi Allah tidak memudahkan qabul baginya.
Karenanya, sempurnakanlah segala amal shaleh yang telah selesai dilaksanakan dengan permohonan tiada henti kepada Allah agar amal tersebut diterimaNya.
Memperbanyak ibadah adalah penting. Tetapi menjadikannya maqbul disisi Allah jauh lebih penting.
Bisa jadi Allah taqdirkan seorang hamba jatuh kepada sebuah dosa, tapi dosa itu kemudian menjadi penyebab ia kembali total kepada Allah, mengangkatnya ke puncak kemuliaan disisiNya.
Sebuah maksiat yang mewariskan kehinaan diri dan kehancuran hati kehadapan Allah, lebih baik dari pada ketaatan yang berbuah keangkuhan dan kesombongan.
Ibadah dan ketaatan kepada Allah mestinya berbuah penghambaan diri, kerendahaan hati, kekhusyukan dan kepatuhan kepada Allah.
Berakhirnya ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shaleh, mengantarkan kita kepada masa pembuktian diterimanya amal.
Pendahulu-pendahulu kita yang shaleh mengajarkan bahwa diantara tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah taat lagi setelah itu.
~Ust. Irsyad Syafar~
MUSLEEMTHINKER
Mengatur Langkah,Menjana Minda,Mencapai Matlamat Mardhatillah
Sunday, July 27, 2014
Friday, July 26, 2013
Syair Al-Imâm Asy-Syâfi’i Rahimahullâh tentang Hikmah
دَعِ الأَيَّامَ تَفْعَل مَا تَشَاءُ ** وَطِبْ نَفْساً إذَا حَكَمَ الْقَضَاءُ
“Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya ** Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir menjatuhkan ketentuan (setelah diawali dengan tekad dan usaha).”
وَلا تَجْزَعْ لِنَازِلَةِ اللَّيَالِـي ** فَمَا لِـحَوَادِثِ الدُّنْيَا بَقَاءُ
“Janganlah engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi ** Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan abadi (musibah tersebut pasti akan berakhir).”
وكُنْ رَجُلاً عَلَى الْأَهْوَالِ جَلْدًا ** وَشِيْمَتُكَ السَّمَاحَةُ وَالْوَفَاءُ
“(Maka) jadilah engkau lelaki sejati tatkala ketakutan menimpa ** Dengan akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.”
وإنْ كَثُرَتْ عُيُوْبُكَ فِيْ الْبَرَايَا ** وسَرّكَ أَنْ يَكُونَ لَها غِطَاءُ
“Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk ** Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.”
تَسَتَّرْ بِالسَّخَاء فَكُلُّ عَيْبٍ ** يُغَطِّيْهِ كَمَا قِيْلَ السَّخَاءُ
“Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan, karena segenap aib ** Akan tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.”
وَلَا تُرِ لِلْأَعَادِيْ قَطُّ ذُلًّا ** فَإِنَّ شَمَاتَةَ الْأَعْدَا بَلَاءُ
“Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di hadapan musuh (orang-orang kafir) ** Itu akan menjadikan mereka merasa di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang sebenarnya.”
وَلَا تَرْجُ السَّمَاحَةَ مِنْ بَخِيْلٍ ** فَما فِي النَّارِ لِلظْمآنِ مَاءُ
“Jangan pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil ** Karena pada api (Si Bakhil), tidak ada air bagi mereka yang haus.”
وَرِزْقُكَ لَيْسَ يُنْقِصُهُ التَأَنِّي ** وليسَ يزيدُ في الرزقِ العناءُ
“Rizkimu (telah terjamin dalam ketentuan Allâh), tidak akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa (dalam mencarinya) ** Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan keletihan dalam bekerja.”
وَلاَ حُزْنٌ يَدُومُ وَلاَ سُرورٌ ** ولاَ بؤسٌ عَلَيْكَ وَلاَ رَخَاءُ
“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada kebahagiaan yang abadi ** Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran. (Beginilah keadaan hari demi hari, yang seharusnya mampu senantiasa memberikan kita harapan demi harapan dalam kehidupan)”
إذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ** فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ
“Manakala sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu ** Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja (artinya: orang yang qanâ’ah, senantiasa merasa cukup dengan apa yang diberikan Allâh untuknya, maka sejatinya dia seperti raja bahkan lebih merdeka dari seorang raja)
وَمَنْ نَزَلَتْ بِسَاحَتِهِ الْمَنَايَا ** فلا أرضٌ تقيهِ ولا سماءُ
“Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian ** Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa melindunginya.”
وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً وَلَكِنْ ** إذَا نَزَلَ الْقَضَا ضَاقَ الْفَضَاءُ
“Bumi Allâh itu teramat luas, namun ** Tatakala takdir (kematian) turun (menjemput), maka tempat manapun niscaya kan terasa sempit.”
دَعِ الأَيَّامَ تَغْدرُ كُلَّ حِينٍ ** فَمَا يُغْنِيْ عَنِ الْمَوْتِ الدَّوَاءُ
“Biarkanlah hari demi hari melakukan pengkhianatan setiap saat (artinya: jangan kuatir dengan kezaliman yang menimpamu) ** Toh, (pada akhirnya jika kezaliman tersebut sampai merenggut nyawa, maka ketahuilah bahwa) tak satu pun obat yang bisa menangkal kematian (artinya: mati di atas singgasana sebagai dan mati di atas tanah sebagai orang yang terzalimi, sama-sama tidak ada obat penangkalnya).”
***
Dari kitab Dîwân al-Imâm asy-Syâfi’i hal. 10, Ta’lîq: Muhammad Ibrâhîm Salîm
Diterjemahkan oleh:
Jo Saputra “Abu Ziyan” Halim
Sunday, July 14, 2013
Kelemahan
Sudah hampir 19 tahun aku belajar Bahasa Arab.....tapi kenapa aku masih lagi tak dapat menguasainya dengan baik?
Kenapa Bahasa Arabku tak fluent?
Kenapa aku masih lagi bergantung pada kamus untuk menterjemah sesuatu perkataan yang tak difahami?
Imam Abu Hanifah mengambil masa selama 18 tahun mempelajari Fiqh, setelah itu beliau menjadi arif dalam permasalahan Fiqh..
Kenapa aku tak begitu?
Setiap kita ada kelemahan-kelemahan yang kita ratapi. Tetapi kelemahan itu bukan untuk ratapan, sebaliknya ia adalah untuk sebuah pengharapan yang menuntut kepada perubahan kebaikkan.
Sabar
Kejayaan, kefahaman, kemahiran hatta kelebihan atas sesuatu itu berhajatkan kepada kesabaran. Kenapa?
Sebab hanya orang sabar tahu menilai. Dan Allah suka orang yang sabar.
Kejayaan adalah sesuatu perkara yang subjektif, manusia masyarakat awam khususnya, melihat kejayaan itu terletak kepada penguasaan terhadap sesuatu. Orang yang sabar, yang tahu menilai, akan berpendapat setiap detik adalah kejayaan. Berjayanya dia, kerana dia bersabar dan Allah bersama orang yang sabar. " Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
Sabar menjinakkan keinginan, dan menguatkan keyakinan, keimanan dan daya kawalan. Maka bersabarlah kamu dalam berusaha, bersabarlah dalam melaksanakan ketaatan dan bersabarlah dalam membentuk taqwa.
Syukur
Jarang untuk kita mensyukuri kelemahan, tapi tidakkah engkau tahu, kelemahan mendekatkan engkau dengan Tuhanmu. Ia membesarkan raja' ( pengharapan) mu, menjadikan kau hamba yang mengadu, dan seringkali memohon agar diberi mampu.
Bersyukurlah engkau dengan kelemahan, kerana kelemahan itu membesarkan harapanmu terhadap Rabb Yang Maha Memberi kemampuan.
Malu
Malu adalah sebahagian dari iman. Kerana malu menjadi indikator kepada sebuah perubahan.
Malu menjadi manusia kotor, kita berubah menjadi manusia yang bersih. Malu menjadi orang yang jahil, kita berusaha menjadi orang yang berpengetahuan. Banyak bangsa manusia yang hari ini menjadi hebat lantaran rasa malu kalau tak jadi hebat. Hamba yang malu akan dosa, akan bergerak menjauhi dosa seraya memohon keampunan dan perlindungan dari Tuhan.
Malulah dengan kelemahan diri, kerana ianya menjadikan kita rendah hati, bergeraklah memperbaiki keadaan diri, kerana ia adalah 'amal yang Allah nilai di akhirat nanti.
Sabar menjinakkan keinginan, dan menguatkan keyakinan, keimanan dan daya kawalan. Maka bersabarlah kamu dalam berusaha, bersabarlah dalam melaksanakan ketaatan dan bersabarlah dalam membentuk taqwa.
Syukur
Jarang untuk kita mensyukuri kelemahan, tapi tidakkah engkau tahu, kelemahan mendekatkan engkau dengan Tuhanmu. Ia membesarkan raja' ( pengharapan) mu, menjadikan kau hamba yang mengadu, dan seringkali memohon agar diberi mampu.
Bersyukurlah engkau dengan kelemahan, kerana kelemahan itu membesarkan harapanmu terhadap Rabb Yang Maha Memberi kemampuan.
" لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.."
Malu
Malu adalah sebahagian dari iman. Kerana malu menjadi indikator kepada sebuah perubahan.
Malu menjadi manusia kotor, kita berubah menjadi manusia yang bersih. Malu menjadi orang yang jahil, kita berusaha menjadi orang yang berpengetahuan. Banyak bangsa manusia yang hari ini menjadi hebat lantaran rasa malu kalau tak jadi hebat. Hamba yang malu akan dosa, akan bergerak menjauhi dosa seraya memohon keampunan dan perlindungan dari Tuhan.
Malulah dengan kelemahan diri, kerana ianya menjadikan kita rendah hati, bergeraklah memperbaiki keadaan diri, kerana ia adalah 'amal yang Allah nilai di akhirat nanti.
Monday, February 11, 2013
Dunia oh Dunia
Ada penyair yang menyebut,
هب الدنيا تساق إليك عفوا * أليس مصير ذاك إلى زوال
فما ترجو بعيش ليس يبقى * وشيكا قد تغيره الليالي
وما دنياك إلا مثل ظل * أظلك ثمّ آذن بارتحال
" Andai kata dunia ini digiring kepadamu dengan mudahnya, tidakkah akhirnya nanti akan ditinggalkan mati olehmu?
Apa harapanmu dengan kehidupan yang tidak kekal, kerana sebentar lagi akan dihabiskan oleh siang dan malam.
Duniamu adalah seperti bayangan yang menaungi, kemudian bayangan itu berlalu."
Saya bukan anti-dunia mahupun anti-modenisasi (menulis blog, kira ikut arus modenisasi juga kan?), cuma ingin sama-sama berwaspada dengan dunia, agar ianya benar-benar menjadi مزرعة الأخرة (ladang Akhirat) kita.
Kerana itu Imam Al-Ghazali menukilkan dalam kitabnya Minhajul 'Abidin, " Carilah dunia dan takluklah olehmu untuk beribadah kepada Allah SWT".
Kisah Harun Ar-Rasyid dengan Bahlul
(Dinaqal dari buku yang sama)
Harun Ar-Rasyid bernazar akan pergi ke Makkah menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki dari Baghdad. Raja ini bernazar dengan isterinya yang bernama As-Sayyidah Nafisah yang membikin 'Ain Zubaidah (sumber air) di Makkah.
Kerana Harun Ar-Rasyid adalah seorang raja, maka pengiring-pengiringnya merasa tak tega kalau rajanya berjalan diatas pasir, disebabkan itu, maka dihamparkanlah permaidani dan setiap sekian kilometer ada gardu (berfungsi sebagai R&R) untuk beristirehat, gardu ini dinamakan Al-Meil.
Tatkala raja ini sedang berjalan di tengah-tengah padang pasir, kelihatan olehnya seseorang seperti sedang naik kuda. Harun Ar-Rasyid pun tertanya-tanya, siapakah gerangan orang itu?..Setelah diperhatikan, maka salah seorang pengiringnya ada yang mengenali. Orang yang bersendirian di padang pasir dan kelihatan seperti naik kuda itu, namanya Bahlul, Bahlul ini dianggap gila, padahal kata-katanya selalu benar dan tepat.
Kemudian Bahlul pun dipanggil menghadap Harun Ar-Rasyid, tanpa rasa nervous dan takut, dia pun menghadap raja. Ternyata yang dinaikinya itu bukannya kuda tetapi tongkat. Bahlul ini terkenal pandai menasihati orang, justeru dia bukan orang gila seperti anggapan orang.
Maka Harun Ar-Rasyid pun berkata kepada Bahlul, " Bahlul, cuba nasihati aku.."
Dengan mendadak, Bahlul pun mengubah syair (terbukti dia seorang pujangga dan ahli ibadah terulung):
هب الدنيا تواتيك * أليس الموت يأتيك
وما تصنع بالدنيا * وظلّ الميل يكفيك
" Andaikan dunia ini datang kepadamu dengan mudah ya Harun Ar-Rasyid, tidakkah maut juga akan datang kepadamu dengan mudahnya?
Buat apa duniamu yang begitu banyak, sedangkan gardu ini sahaja sudah cukup bagimu untuk duduk serta melindungimu."
Setelah itu, Harun Ar-Rasyid pun berkata kepada Bahlul, "Mintalah apa sahaja daripadaku, akan cuba ku tunaikan."
(Cuba teka apa permintaan Bahlul..?)
Bahlul just menjawab, "Jauhlah engakau daripadaku, nanti engkau ditendang oleh kudaku (merujuk kepada tongkatnya), engkau jangan berada disini.."..Dan dia terus berlalu lari menaiki tongkatnya tanpa minta apa-apa kepada raja.
~ Bila manusia berhati-hati dengan dunia, dia akan puas dengan kurnia (pemberiaan/nikmat)~
Kisah Imam Abu Hanifah
(dipetik dari isi kuliah Yasmin Mogahed "Reclaim Your Heart")
Satu waktu, Imam Abu Hanifah sedang memberi penyampaian di hadapan murid-muridnya. Kemudian, datang seorang utusan membawa khabar, bahawa kapal dagangan Imam Abu Hanifah telah tenggelam.
Imam Abu Hanifah terdiam sebentar, kemudian beliau meneruskan pengajian. Setelah itu, datang kembali utusan membawa khabar, " Maaf, kami tersilap. Kapal dagangan yang tenggelam itu bukan kapalmu Abu Hanifah.."
Dan sekali lagi, Imam Abu Hanifah terdiam seketika, dan kemudian meruskan kembali pengajian.
Sikap Imam Abu Hanifah tadi, menarik perhatian pelajarnya, maka mereka bertanya, " Wahai Imam Abu Hanifah, kenapa terdiam apabila mendapat khabar pertama dan kemudian kamu diam juga ketika diberitahu, kapal dagangan (harta) mu selamat?"
Maka jawab Imam Abu Hanifah :Aku terdiam kerana aku menyelidiki, adakah hati aku bergetar (terkesan) dengan khabar kehilangan kapal daganganku, maka Alhamdulillah, hatiku sedikit pun tidak terkesan dengannya. Begitu juga diamku buat kali kedua, dan Alhamdulillah, hatiku turut tidak terkesan mendengar khabar kapal daganganku selamat.
Moral of the story, Mu'min itu dia tidak meletakkan dunia itu di hati, dan sedikitpun tidak membenarkan dunia itu menjengah hati. Dunia itu di tangan dan bukannya di hati.
Kita as a Student
Begitu juga kita sebagai student, sebagai pelajar. Sinonim dengan kejayaan, kecemerlangan. Kita berusaha memahami dan belajar, dan kita juga berusaha untuk berjaya. Kita selalu lupa hakikat cemerlang, kita mentakrifkan cemerlang itu bila saya dapat dean list, bila saya dapat A atau A-, bila orang tanya saya boleh jawab, bila lecturer soal saya boleh explain tanpa terkial-kial "err..arr..ermm.." dan sebagainya.
Begitulah cemerlang menurut kaca mata dunia kita. Sehingga kadang-kadang, kita menjadi hamba untuk itu, hamba untuk kejayaan, hamba study. Kejayaan seolah-olah menjadi tuan untuk kita, kejayaan memiliki hati dan jiwa kita. Bila berjaya hati rasa gembira, bila tak berjaya hati rasa sengsara.
Sebenarnya, siapa yang memiliki siapa?
Memiliki dan dimiliki, adalah dua perkara yang berbeza. Memiliki merujuk kepada pemilik (orang yang memiliki/menguasai), dimiliki pula merujuk kepada kepunyaan, sesuatu yang di bawah hak atau kekuasaan.
Memiliki dan dimiliki, adalah dua perkara yang berbeza. Memiliki merujuk kepada pemilik (orang yang memiliki/menguasai), dimiliki pula merujuk kepada kepunyaan, sesuatu yang di bawah hak atau kekuasaan.
Mu'min itu meletakkan dunia di tangan, usaha di tangan. Dan meletakkan tawakal dan kebergantungan di hati, dia tahu kemampuan itu dari Rabbnya, dia membaca dan dia tahu yang memberi kefahaman itu Dia, dia menghafal dan dia tahu yang memegang hafalannya itu Dia, dia berfikir dan dia tahu yang memberikan ilham itu juga Dia. Begitulah hakikatnya mu'min, tangannya berusaha untuk mencapai apa sahaja di dunia, manakala hatinya penuh dengan keyakinan terhadap Rabbnya. Menjadikan dunia sebagai مزرعة الأخرة.
Hakikat cemerlang, ialah bila kita tahu jalan pulang.
Sesuatu yang menguasai atau yang menapak di hati, akan memiliki..Maka, perlulah berhati-hati dengan sesuatu yang menjengah di hati.
Sama-sama berusaha, agar hati kita akan kembali kepada Rabbnya dengan Qalbun Salim.
Sunday, November 18, 2012
Sister..Be Careful
Musyrif system in UIA. :) What else that you do not feel grateful?
Assalamualaikum..
This is serious matter. If any sisters want to go back (walking) to their Mahallah from study, discussion, meeting, exam, prog etc and if they walk alone or two (in case)...
Please inform me, i'll send escort (from brothers) to u to make sure u arrived at ur Mahallah safely without any disturbances.
Contact me
013-3131809.
All brothers in IIUM be with 'Save Our Sister' SOS, SRC 12/13
Sekarang kempen save our sisters, almaklum banyak jiddan kes pecah masuk bilik, dan cubaan-cubaan yang tidak baik terhadap sisters sejak kebelakangan ni. Maka, atas keprihatinan dan rasa tanggungjawab terlancarlah kempen ini. Satu usaha yang harus diberi pujian. Jazakumullah atas keprihatinan dan perhatian kalian.
Sisters...makhluk yang sangat sukakan protection. Seego mana pun mereka, sekuat mana pun mereka, seberani mana pun mereka, but when it turns to protection, mereka rasa sangat senang, rasa blessed and honoured. Satu ketika, saya dan kumpulan membuat presentation dalam kelas untuk satu topik, di akhir pembentangan ada seorang classmate memberi kritikan. Jujurnya, saya rasa gembira dengan kritikan tersebut, itu menunjukkan dia mendengar dengan teliti sehingga dia perasan akan kekurangan, tapi saya dan kawan-kawan lebih rasa grateful lagi terhadap lecturer dan rakan-rakan yang tolong mem"back up" kami, rasa macam lecturer dan rakan-rakan yang support itu hero and shield of protection kami. Begitulah psiko-emosi sisters, cenderung kepada protection dan sesuatu yang bersifat supportive.
Saya di sini, bukan nak berkempen tentang hak asasi wanita atau please protect sisters and support us more...but i just want to remind myself and you as well sisters...
Keselamatan..Bermula dari kamu
Pergantungan yang sebenar adalah kepada Rabb kamu, clearkan betul-betul i'tikad ini. Pemberi keselamatan adalah DIA, not your friends yang selalu accompany kamu, not musyrif yang akan kamu dial nanti atau sesiapa sahaja. Tapi, keselamatan, perlindungan dan bantuan datangnya dari DIA, Al-Hafiz dan Al-Muhaimin, yang menyebabkan kamu rasa secure dan dilindungi.
That's why keselamatan itu bermula dari kamu sisters, dari i'tiqad kamu, penjagaan aurat kamu, dan juga pembawaan diri kamu.
Pasakkan pergantungan kamu pada DIA, dan melangkahlah dengan tenang. Kesulitan, kesusahan dan halangan dalam perjalanan dapat diatasi dengan garapan keyakinan kepadaNYA.
~Melangkahlah dengan yakin, seyakin pergantungan kamu kepadaNYA~
Subscribe to:
Posts (Atom)